Contoh kasus
URT.
1. Ani dan Dewi bersahabat. Pada suatu
malam, Dewi mengirimkan sms kepada Ani. Setelah membalas sms tersebut, Ani
tidak mendapat balesan balik padahal pesannya mengandung pertanyaan. Ani
berpikir kalau Dewi marah kepadanya karena Ani sempat menceritakan bahwa dia
kemarin bertemu dengan mantan kekasihnya Dewi yang sempat bermasalah dengan
Dewi. Malam itu, Ani benar-benar takut kalau Dewi marah dengannya. Besoknya,
Ani bertemu dengan Dewi. Namun, Dewi malah tersenyum kepadanya dan tidak ada
tanda-tanda bahwa Dewi marah kepadanya. Ani sedikit optimis kalu Dewi tidak
marah kepadanya. Di akhir kelas, Dewi mengahmpiri Ani dan berkata: Hai, maaf
kemarin aku tidak sadar kalau pulsaku ternyata sudah habis. Pati kamu menyangka
kalau aku marah sama kamu, ya? Ani tertawa lalu mengiyakan perkataan Dewi.
Mereka berdua pun tertawa. Adanya ketidakpastian apakah Dewi marah terhadap Ani
atau tidak. Namun, dari senyuman Dewi, Ani mempunyai petunjuk kalau Dewi tidak
marah kepadanya. Selain itu, sebelum Ani memastikan dengan bertanya langsung
kepada Dewi, sahabatnya itu sudah memberitahu duluan bahwa dia memang tidak
marah kepadanya.
2. Contoh salah satu aspek (strategi)
dalam expansion of URT. Ria bersahabat dengan Amel dan mereka berdua berada
dalam satu kelas, secara nampak mereka berdua saling mengamati satu sama lain
dan hal tersebut masuk dalam passive strategies. Ketika Ria mengamati bagaimana
Amel bereaksi terhadap lelucon yang diberikan oleh dosennya saat mengajar, dia
(Ria) menggunakan passive strategies yang disebut reactivity searching atau
mengamati Amel yang melakukan sesuatu. Selain itu, adanya disinhibition
searching, yaitu suatu passive strategi yang dilakukan denganmengamati perilaku
natural seseorang atau perilaku uninhibited dalam lingkungan yang nonformal.
Misalnya, Ria ingin mengamati Amel dalam setting yang lebih nonformal, yaitu di
luar kelas. Ria ingin melihat bagaiman Amel bersikap ketika inhibition-nya
menurun.
3.
Saya mendapatkan teman sekelompok yang berasal dari
kelas yang berbeda. Sebelumnya saya melihatnya adalah seorang yang pendiam dan
cuek. Saya merupakan orang yang berhati – hati untuk akrab dengan orang lain.
Jadi saya masih memperhatikan dia ketika dia berbicara dengan teman dekat saya.
Dia kelihatan ramah saat berbicara dengan teman dekat saya, namun terkesan cuek
dengan saya.
Awalnya saya ragu untuk memulai membuka diri, tapi
saya putuskan untuk bergabung dalam pembicaraannya dengan teman dekat saya.
Pada awalnya dia tampak cuek dengan keberadaan saya dalam percakapan mereka.
Kesempatan – kesempatan berikutnya dalam
pengerjaan tugas, dia muncul sebagai orang yang kreatif, mau bekerja sama,
memberi saran , sabar dan bersikap dewasa. Selain dari tindakan yang
dilakukannya saya juga bertanya tentang pendapat – pendapatnya. Setelah beberapa
lama terdapat kenyamanan sehingga kami memulai bercerita tentang masalah di
perkuliahan, ternyata terdapat kesamaan nasib diantara kami. Inilah yang
membuat kami semakin terbuka dan berkurangnya rasa segan yang berlebihan serta
ada kerelaan membantu. Keseganan yang berkurang membuat dia berani membuka
folder pribadi di laptop saya. Namun hal itu tetap mengesalkan karena saya
merasa masih ada jarak diantara kami.
Pada akhirnya, setelah tugas kelompok berakhir
interaksi kami pun semakin memudar dan kembali pada tahap awal kami. Hal ini
menunjukkan bahwa tindakannya hanya merupakan tindakan dalam hubungan teman
sekelompok saja
No comments:
Post a Comment