Thursday, March 10, 2016

contoh kasus URT



Contoh kasus URT.
1.      Ani dan Dewi bersahabat. Pada suatu malam, Dewi mengirimkan sms kepada Ani. Setelah membalas sms tersebut, Ani tidak mendapat balesan balik padahal pesannya mengandung pertanyaan. Ani berpikir kalau Dewi marah kepadanya karena Ani sempat menceritakan bahwa dia kemarin bertemu dengan mantan kekasihnya Dewi yang sempat bermasalah dengan Dewi. Malam itu, Ani benar-benar takut kalau Dewi marah dengannya. Besoknya, Ani bertemu dengan Dewi. Namun, Dewi malah tersenyum kepadanya dan tidak ada tanda-tanda bahwa Dewi marah kepadanya. Ani sedikit optimis kalu Dewi tidak marah kepadanya. Di akhir kelas, Dewi mengahmpiri Ani dan berkata: Hai, maaf kemarin aku tidak sadar kalau pulsaku ternyata sudah habis. Pati kamu menyangka kalau aku marah sama kamu, ya? Ani tertawa lalu mengiyakan perkataan Dewi. Mereka berdua pun tertawa. Adanya ketidakpastian apakah Dewi marah terhadap Ani atau tidak. Namun, dari senyuman Dewi, Ani mempunyai petunjuk kalau Dewi tidak marah kepadanya. Selain itu, sebelum Ani memastikan dengan bertanya langsung kepada Dewi, sahabatnya itu sudah memberitahu duluan bahwa dia memang tidak marah kepadanya.

2.      Contoh salah satu aspek (strategi) dalam expansion of URT. Ria bersahabat dengan Amel dan mereka berdua berada dalam satu kelas, secara nampak mereka berdua saling mengamati satu sama lain dan hal tersebut masuk dalam passive strategies. Ketika Ria mengamati bagaimana Amel bereaksi terhadap lelucon yang diberikan oleh dosennya saat mengajar, dia (Ria) menggunakan passive strategies yang disebut reactivity searching atau mengamati Amel yang melakukan sesuatu. Selain itu, adanya disinhibition searching, yaitu suatu passive strategi yang dilakukan denganmengamati perilaku natural seseorang atau perilaku uninhibited dalam lingkungan yang nonformal. Misalnya, Ria ingin mengamati Amel dalam setting yang lebih nonformal, yaitu di luar kelas. Ria ingin melihat bagaiman Amel bersikap ketika inhibition-nya menurun.

3.      Saya mendapatkan teman sekelompok yang berasal dari kelas yang berbeda. Sebelumnya saya melihatnya adalah seorang yang pendiam dan cuek. Saya merupakan orang yang berhati – hati untuk akrab dengan orang lain. Jadi saya masih memperhatikan dia ketika dia berbicara dengan teman dekat saya. Dia kelihatan ramah saat berbicara dengan teman dekat saya, namun terkesan cuek dengan saya.
Awalnya saya ragu untuk memulai membuka diri, tapi saya putuskan untuk bergabung dalam pembicaraannya dengan teman dekat saya. Pada awalnya dia tampak cuek dengan keberadaan saya dalam percakapan mereka.
Kesempatan – kesempatan berikutnya  dalam pengerjaan tugas, dia muncul sebagai orang yang kreatif, mau bekerja sama, memberi saran , sabar dan bersikap dewasa. Selain dari tindakan yang dilakukannya saya juga bertanya tentang pendapat – pendapatnya. Setelah beberapa lama terdapat kenyamanan sehingga kami memulai bercerita tentang masalah di perkuliahan, ternyata terdapat kesamaan nasib diantara kami. Inilah yang membuat kami semakin terbuka dan berkurangnya rasa segan yang berlebihan serta ada kerelaan membantu. Keseganan yang berkurang membuat dia berani membuka folder pribadi di laptop saya. Namun hal itu tetap mengesalkan karena saya merasa masih ada jarak diantara kami.
Pada akhirnya, setelah tugas kelompok berakhir interaksi kami pun semakin memudar dan kembali pada tahap awal kami. Hal ini menunjukkan bahwa tindakannya hanya merupakan tindakan dalam hubungan teman sekelompok saja

No comments:

Post a Comment